Oleh: arkeologibawahair | 28 Maret 2011

Harry Widianto, Penyelam dan Penjaga Situs Manusia Purba

Harry Widianto di tengah penelitian manusia purba – Foto: Dok. HW

Orang lebih mengenalnya sebagai pakar manusia purba, mengingat perjalanan kariernya sebagai arkeolog lulusan Universitas Gadjah Mada ini lebih banyak mendalami bidang paleoantropologi di Indonesia, terutama di situs manusia purba Sangiran. Bahkan, penelitian manusia purba mengantarkannya menjadi seorang doktor dalam bidang paleoantropologi pada 1993.

Kontribusinya dalam kajian-kajian di situs manusia purba Sangiran begitu besar dan intensif. Maka akhirnya dia diberi amanat oleh Pemerintah untuk menjadi Kepala Balai Pelestarian Situs Manusia Purba Sangiran. Bila sebelumnya dia lebih banyak berkecimpung dalam bidang penelitian, sekarang lingkungan kerjanya jauh lebih luas. Kini dia harus ikut juga memikirkan perlindungan, pengembangan, dan pemanfaatan situs manusia purba Sangiran.

Harry Widianto, yang bisa dipanggil Harry, lahir di kota Magelang pada 7 Juli 1958. Saat ini sudah dikaruniai dua putri, yaitu Padma Indranila dan Miranda Titania. Harry bersama keluarga tinggal di Yogyakarta.

Ternyata, pada awal kiprahnya di dunia arkeologi, Harry pernah menggeluti bidang Arkeologi Bawah Air. Dia termasuk generasi awal yang mengikuti pendidikan dan penelitian di bidang tersebut.


Dunia lain

Harry tertarik menyelam karena ingin mengetahui kehidupan bawah air, yang dikatakannya dunia para ikan. Bawah air adalah dunia yang lain, yang berdasarkan dokumenter bawah air, adalah dunia yang penuh pesona. Aneka warna karang laut, ribuan spesies makhluk bawah air, baik binatang (terutama ikan) maupun tumbuhan, ada di dalamnya. “Inilah pesona tersendiri dari alam kehidupan bawah air, yang hanya bisa dinikmati dengan cara menyelam ke dasar samudra,” ujarnya.

Selain itu, ternyata dasar laut mempunyai potensi lain, berupa benda-benda arkeologi yang terkubur endapan marin selama ratusan tahun. Bangkai kapal dengan segala muatannya, keramik misalnya, adalah pesona lain dasar laut itu. Sebagai seorang arkeolog, katanya, dia pun akhirnya berpikir alangkah luar biasanya bisa menyelam dan mencermati cerita benda-benda arkeologi yang tenggelam itu. Maka bulatlah hatinya untuk menghadirkan diri di dasar laut dan menyatu dengan benda-benda itu, untuk mengungkap misteri dan sejarah pelayaran di masa lalu. Faktor keindahan dan kandungan arkeologis di dasar laut itulah yang membuat diri Harry tertarik untuk menyelam.

Harry mengikuti pendidikan dalam bidang Underwater Archaeology di Thailand, dalam frame training course in Underwater Archaeology Thailand SPAFA Sub-Center. Lokasi pelatihan di Underwater Archaeology Project, Sattahip, Thailand, selama dua periode pelatihan yaitu:

Pertama, Januari-April 1984 berupa Training course in Underwater Archaeology. Dua bulan pertama belajar selam dan cara-cara menghadapi emergency, termasuk operasional alat-alat selam. Dua bulan terakhir adalah penggalian di salah satu kapal tenggelam, Situs Koh Samui pada kedalaman 35 meter. Ketika itu peserta dari Indonesia lainnya adalah Santoso Pribadi dan Lucas Partanda Koestoro.
Kedua, Januari-April 1986 berupa Advanced in Underwater Archaeology, bersama sembilan negara peserta (Indonesia, Australia, Thailand, Malaysia, Filipina, Kanada, Polandia, Inggris, dan Perancis). Pada kesempatan ini Harry langsung menggali kapal tenggelam di Situs Koh Sichang, pada kedalaman 38 meter, bersama peserta dari Indonesia lainnya, Santoso Pribadi dan Soeroso MP. Kapal kuno tersebut membawa muatan keramik. Sayang, Santoso Pribadi hilang di lautan ketika tengah meneliti keterlibatan Hatcher dalam penjarahan harta karun dari perairan Indonesia pada 1986 itu juga.

Dalam penggalian tersebut ditemukan sisa kapal kayu bersama barang-barang bawaannya, antara lain keramik-keramik China abad he-16-17 berupa piring, mangkuk, tempayan, kendi, berbagai macam wadah gerabah, ballot perunggu, gading gajah, dan juga 24 telor bebek di sebuah guci keramik.

Pengalaman Harry selanjutnya adalah mengeksplorasi pantai utara Jawa Tengah dan Jawa Timur. Di situs ini Harry menemukan sisa kapal di perairan Rembang dan keramik-keramik China di Tuban..

Di perairan Marseille di Perancis Selatan, pesisir utara Mediterrania, Harry ikut dalam penelitian Gua Henri Cosquet, sebuah gua prasejarah yang hanya bisa dicapai dengan menyelam sedalam 28 meter. Tak cukup menyelam, Harry pun harus mengikuti lorong yang menaik, hingga tiba di Gua Henri Cosquet. Gua ini penuh dengan lukisan-lukisan dinding, sezaman dengan Lascaux pada 18 ribu tahun silam. Yang mengesankan Harry adalah ditemukan banyak perapian di lantai gua. Buat Harry inilah perpaduan pengetahuan prasejarah dengan Arkeologi Bawah Air.


Joke

Pria bertubuh gempal dan bersuara tegas ini dikenal sebagai birokrat ilmuwan yang supel, baik di dalam maupun di luar lingkungan kerjanya. Kesan pertama terlihat sangat berwibawa, tetapi selanjutnya apabila suasana sudah cair, dia akan berbicara banyak tentang hal yang dia ketahui dengan ciri khasnya yang sangat persuasif diselingi dengan joke segar. Dia merasa optimis dengan berdirinya Direktorat Peninggalan Bawah Air, program dan aktivitas Arkeologi Bawah Air lebih terarah dan prospektif. Dia mengharapkan, melalui program penyiapan sumber daya manusia yang handal, informasi masa lalu yang masih terkubur di bawah air segera terkuak. Dia juga berharap Direktorat Peninggalan Bawah Air bisa menghasilkan publikasi ilmiah hasil eksplorasi situs-situs bawah air di Indonesia.


Tinggalkan komentar

Kategori