Oleh: arkeologibawahair | 22 November 2011

Ditemukan Lagi Jangkar Raksasa

[Jangkar kuno raksasa kembali ditemukan nelayan warga Desa Gegunung Wetan Kecamatan Kota Rembang di Perairan Karang Sinden, Sabtu (11/6). (doc)]

suararembang.com, Sabtu, 11 Juni 2011 – Nelayan Desa Gegunung Wetan Kecamatan Kota Rembang, Sabtu (11/6), menemukan lagi sebuah jangkar kuno raksasa di Perairan Rembang, sekitar dua mil atau 3,6 kilometer dari bibir Pantai Kartini Rembang.

Jangkar yang diduga berusia lebih tua dibandingkan jangkar temuan sebelumnya itu, sudah diketahui koordinat keberadaannya pada Jumat (10/6) pukul 12.16 WIB. Adapun koordinat penemuan jangkar kuno raksasa itu adalah 6 derajat 40 menit 742 detik Lintang Selatan dan 111 derajat 21 menit 373 detik Bujur Timur.

Menurut keterangan yang dihimpun suararembang, penemuan jangkar tersebut bermula ketika pada Kamis (9/6), jaring kapal motor nelayan milik Rasyid tersangkut karang di kawasan Karang Bata. Kata sejumlah warga, nelayan setempat memang kerap berburu ikan-ikan di sekitar kawasan tersebut.

Pada Jumat (10/6), sejumlah nelayan melakukan survei dan penyelaman ke dasar laut sekitar Karang Bata untuk melepaskan jaring yang tersangkut. Namun, setelah diselami, para penyelam yang dikomandani Rastim (36), justru menemukan tumpukan batu bata yang diduga merupakan muatan kapal kuno China yang tenggelam saat melintasi Perairan Rembang beberapa abad yang lalu.

Menurut Rastim, batu bata kuno yang ditemukan di Karang Bata berbeda dengan batu bata merah yang akrab digunakan untuk membangun rumah. Meski ukuran batu bata kuno tersebut lebih kecil atau hanya berukuran lebar enam centimeter dan panjang 12 centimeter, namun bobotnya hampir sama dengan batu bata merah yang ukurannya rata-rata delapan centimeter kali 30 centimeter.

Rastim dan kawan-kawan pun kemudian mengambil sebanyak dua keranjang batu bata kuno sebagai contoh untuk nelayan dan pihak lain yang membutuhkan. Ia mengungkapkan jumlah luasan tumpukan batu bata kuno di dasar laut Karang Bata tersebut berkisar 70 meter persegi.

Usai menemukan batu bata kuno itu, Rastim dan kawan-kawan tak buru-buru menyudahi penyelaman. Ia memilih lebih lama lagi mengobrak-abrik dasar laut Karang Bata. Setelah sekian lama beraksi, Rastim justru menemukan sebuah jangkar kuno raksasa dalam kondisi tegak pada perairan sebelah selatan laut Karang Bata, berjarak kurang lebih satu mil laut atau sekitar 1,8 kilometer. Nelayan setempat menyebut titik lokasi penemuan jangkar tersebut sebagai Perairan Karang Sinden.

Keesokan harinya atau pada Sabtu (11/6) sekitar pukul 05.30 WIB, belasan nelayan dan dua penyelam kembali ke lokasi penemuan jangkar di selatan Karang Bata untuk mengangkat jangkar.

Dibutuhkan waktu lebih dari delapan jam untuk menaikkan jangkar yang terendam dalam kedalaman laut 7,5 meter tersebut ke daratan. Pasalnya, para penyelam lebih dulu harus membersihkan jangkar dari jaring-jaring yang pernah tersangkut.

Jangkar kuno berhasil diangkut ke permukaan pada Sabtu (11/6) siang sekitar pukul 13.47 WIB, kemudian diangkut ke daratan dengan menggunakan derek manual yang dikaitkan pada sebuah kapal motor nelayan, sementara satu kapal lain menariknya. Diperlukan tenaga sekitar 50 orang untuk menaikkan jangkar tersebut ke daratan permukiman warga Desa Gegunung Wetan RT 03 RW I Kecamatan Kota Rembang.

Jangkar dengan berat lebih dari 1000 kilogram, memiliki panjang sekitar 4,5 meter dan lebar lengkung lebih dari tiga meter tersebut baru bisa didudukkan tepat di sebelah barat ‘pesarean’ jangkar lama pada pukul 16.47 WIB. Ratusan warga pun langsung mengerubuti jangkar itu.


Dimungkinkan Ada Jangkar Kuno Lagi

Jumlah jangkar kuno berukuran besar yang ditemukan di Perairan Rembang dimungkinkan akan segera bertambah dua lagi sebab nelayan Desa Gegunung Wetan kembali menemukan dugaan adanya jangkar serupa di sebelah tenggara Pulau Karang Masaran dan utara Perairan Taman Kartini.

Warga meyakini adanya jangkar kuno di perairan sebelah tenggara Pulau Karang Masaran itu setelah sudah sekian lama nelayan kerap melihat pantulan cahaya mencorong yang diduga berasal dari jangkar kuno raksasa yang terbuat dari tembaga atau kuningan. Sementara informasi keberadaan jangkar di utara perairan Pantai Kartini diperoleh dari sejumlah nelayan yang kerap menangkap ikan di wilayah itu.

“Warga sudah mencatat titik koordinatnya, tinggal diselami saja. Namun, nelayan masih mempertimbangkan untuk melakukan penyelaman karena minimnya sarana. Belum lagi sejumlah mitos yang berkembang terkait keangkeran perairan tenggara Pulau Masaran itu,” kata Gunadi, tokoh Desa Gegunung Wetan.

Sebelumnya, jangkar kuno raksasa juga ditemukan nelayan Desa Gegunung Wetan di perairan dekat Pulau Karang Masaran pada Selasa Wage (26/4) sekitar pukul 11.00 WIB. Jangkar kuno raksasa yang ditemukan pada koordinat 6 derajat 40 menit 700 detik Lintang Selatan dan 111 derajat 20 menit 186 detik Bujur Timur memiliki panjang sekira 3,8 meter dan lebar hampir dua meter serta diperkirakan berasal dari kapal yang tenggelam pada tahun 1731.

Jangkar kuno raksasa tersebut kini ditempatkan di kawasan RT 3 RW I Desa Gegunung Wetan, di tengah-tengah permukiman warga. Saat ini, jangkar tersebut telah dibuatkan “museum” sementara dengan menghabiskan dana kurang lebih Rp17 juta yang berasal dari swadaya warga setempat, bukan sumbangan dari pemerintah kabupaten itu. (Pujianto-02)


Tinggalkan komentar

Kategori